Saturday, November 7, 2009

Ujian Aikido Kyu 5 ke 4 (hijau ke hijau)

Tanggal 1 November 2009 lalu, Toni ujian Aikido dari kyu 5 ke 4. Dengan kata lain ujiannya adalah dari sabuk hijau ke hijau lagi. Ujiannya dilakukan di lapangan basket indoor di sport hall, Alam Sutera, Serpong. Tempatnya cukup menarik. Toni terlihat tidak mengalami kesulitan, walaupun dia adalah peserta paling kecil / muda di sabuk hijau.

Istirahat dari latihan tenis privat

Mulai bulan November ini, Toni istirahat dahulu dari latihan tenis privat. Hal ini memang disarankan oleh pelatih privatnya (pak Achmadi). Beliau melihat bahwa Toni mulai terlihat BT (Boring Total), karena kurang main dengan teman seusianya. Latihan privatnya menjadi tidak efektif, karena hal sederhana yang seharusnya dilakukan malah tidak dilakukan. Hampir setiap gerakan Toni perlu instruksi, padahal sebelumnya tidak demikian. Saya pun kuatir, beberapa kali latihan privat lagi dia akan menangis setiap kali akan berangkat.

Sebagai gantinya, latihan tenis privat tersebut diganti menjadi latihan tenis kelompok. Jadi, Toni 2 kali latihan tenis kelompok, 1 jam setiap kali latihan. Kelihatannya sih ok-ok saja. Mudah2an teknik yang sudah diajarkan pada saat privat tidak lenyap.

Tuesday, September 29, 2009

Logika dan Keterkaitan

Sudah beberapa hari ini, banyak pertanyaan Toni terkait dengan keluarga. Yang pertama terkait dengan eyangnya yang mempunyai 7 anak. Dengan pengetahuannya bahwa dia hanya punya 1 kakak dan tidak punya adik, dia berkomentar eyangnya hebat (komentar penulis : memang benar, keluarga di kota dengan anak tujuh memang sangat jarang). Yang kedua terkait dengan urutan. Setelah dia memahami urutan (sebut saja anak pertama adalah satu, anak kedua adalah dua, dan seterusnya sampai anak ketujuh), dia langsung berkomentar bahwa empat berada ditengah urutan. Pertimbangannya adalah karena empat punya 3 kakak dan 3 adik. Dan masih banyak lagi pertanyaan Toni yang saya rasa agak terlalu fulgar (membuat telinga merah) kalau diungkapkan dalam blog ini (maklum masih 7 tahun, omongnya ceplas ceplos).

Sunday, August 16, 2009

Dua gigi seri atas dicabut


Kemarin, dua gigi seri atas Toni dicabut oleh drg Sinky. Sebenarnya, gigi tersebut adalah 2 gigi yang terkena raket tenis. Sampai sebelum dicabut, aku curiga kemungkinan gigi baru sudah mulai mendesak gigi lama yang terkena raket (karena kok makin hari makin goyang dan posisi gigi lama makin aneh). Untunglah, gigi yang terkena raket bukan gigi permanennya. Selanjutnya, gigi yang akan perlu lepas lagi adalah gigi seri bagian bawah kiri dan kanan (bukan yang bawah depan, karena sudah ganti). Pada gambar terlihat betapa "bangganya" dia dengan keompongannya. Mudah-mudahan keompongan tersebut tidak akan terulang ...

Monday, August 10, 2009

Kecelakaan Tenis

Di usia 7 tahun kurang sebulan ini, Toni (anak lakiku) mulai "menikmati indahnya" olah raga tenis dan pada saat tersebut saya sedang keluar sebentar (tidak melihat peristiwanya).

Tiga minggu lalu, gigi seri atasnya terkena raket hingga gigi tersebut sedikit goyang dan gusi berdarah. Pada saat kejadian, saya sedang berada di luar areal latihan. Ketika kembali, saya mendapatinya masih bermain tapi terlihat lelah dan malas bermain (padahal sebelum saya tinggal tidak demikian). Aku tanya: "kenapa mainnya tidak semangat ?" Eh malah dia menangis dan menceritakan kejadian tersebut. Kulihat giginya, masih utuh (walaupun katanya goyang). Darah tidak ada (walaupun katanya tadi berdarah). Langsung saja aku bilang "tak apa kok. Yang penting kalau main janga lupa pakai kuda-kuda supaya lebih seimbang". Lalu dia kembali main. Sepuluh menit kemudian, semangatnya kembali seperti semula dan dia terlihat menikmati latihan tenis tersebut. Dua hari kemudian, keadaan giginya normal kembali.

Kemarin, bola tenis menumbuk mata kanannya dengan penghalang hanya kelopak matanya. Terlihat ada bercak merah di bola mata putihnya. Kecelakaan ini yang aku takutkan, karena dapat berpengaruh pada penglihatan. Aku pernah dengar dari salah satu pelatihnya bahwa beliau berhenti bermain dan menjadi pelatih karena kemampuan matanya beradaptasi terhadap cahaya pada salah satu matanya berkurang setelah matanya terkena bola tenis. Malam itu sampai dengan pagi di hari berikutnya, Toni hanya aku bantu agar semangatnya tidak turun. Siang ini (sekitar jam 10 pagi), ia akan di antar ke rumah sakit mata AINI. Isteriku dan aku berharap matanya bisa segera kembali normal.

Saturday, August 8, 2009

Ilusi dan Judi

Terkadang aku bingung dengan yang satu ini: ilusi. Menurut
http://www.thefreedictionary.com/illusion
salah satu definisi dari ilusi adalah "An erroneous perception of reality". Terjemahan bebas dari ilusi adalah persepsi sesat dari suatu kenyataan. Banyak miskonsepsi yang bisa timbul dari ilusi dan pahitnya lagi menggiring kearah spekulasi.

Aku bingung melihat banyaknya iklan di TV yang menampilkan banyaknya ilusi mengenai produk yang tujuannya adalah agar iklan tersebut menarik sehingga produk tersebut dibeli. Lebih bingung lagi adalah bahwa banyak dari produk yang diberi ilusi tersebut adalah produk yang ditujukan untuk anak. Iklan yang menyajikan ilusi secara kasar selalu dapat dengan mudah di dudukkan pada porsi yang benar. Namun penjelasan mengenai ilusi yang halus sulit diterima si anak. Contoh yang menurutku halus (dan bisa saja penuh tipu, karena suit memastikan bahwa undian tersebut memang dilakukan) adalah banyaknya iklan mengenai produk yang memberikan hadiah berdasarkan undian. Timbul keinginan pada anak untuk selalu membeli produk tersebut (dan itu memang tujuan iklan tersebut) agar menang undian. Dari sini si anak mulai senang berspekulasi (siapa tahu menang undian, padahal sebenarnya kemungkinannya sangat tipis). Kesulitan memastikan peranan faktor pendukung terhadap suatu hasil mengakibatkan spekulasi tersebut semakin beresiko dan semakin mengarah ke judi.

Selain media TV, banyak pula lingkungan lain yang penuh ilusi. Dalam suatu lingkungan kerja di suatu tempat yang tidak etis untuk disebutkan, banyak penggunaan dana yang di atas kertas dan dilaporkan ditujukan untuk kegiatan A padahal kenyataannya ditujukan untuk kegiatan B. Intinya adalah mereka cenderung tidak melakukan apa yang dikatakan dan tidak mengatakan apa yang dilakukan. Saking menjamurnya hal seperti ini, maka kalau seorang pejabat mengatakan A aku selalu guyon dalam hati kecilku "ooo berarti maksudnya bukan A". Contoh mengenai iklan dan lingkungan kerja seperti itu hanya dua dari sekian banyak contoh mengenai ilusi yang menurutku sangat menurunkan moral, tapi tidak kita sadari dan bahkan banyak dari kita yang justru mendapat penghasilan dari hal itu. Contoh seperti itu merupakan fenomena gunung es dimana yang terlihat adalah pucuknya saja, sementara bagian terbesar tenggelam tidak terlihat. Menurutku, mereka kerja susah payah yang tidak jarang membutuhkan kemampuan dan tenaga yang tidak sedikit, tapi ke arah yang salah lalu tiba-tiba bum! ternyata mereka kerja untuk sesuatu yang kosong (atau bahkan busuk) namun dibungkus dengan sesuatu yang indah. Dikatakan tidak jarang membutuhkan kemampuan dan tenaga yang tidak sedikit karena tidak jarang kegiatan seperti itu melibatkan juga strategi yang rumit dan kebohongan yang semakin sistematik dan dalam.

Aku selalu yakin bahwa dampak dari ilusi semacam itu sangat merugikan dan bersifat tidak hanya sesaat. Gelombang pikiran dari orang yang terbiasa dengan suasana tersebut pasti berbeda dengan orang yang menolak suasana tersebut (walaupun orang yang menolak tersebut tidak mampu mencegah kejadian tersebut). Orang yang menolak tersebut akan senantiasa waspada. Kalau orang tersebut punya anak dan melihat anak mulai terpengaruh, pasti dia akan berusaha menjelaskan kedudukan yang sebenarnya. Pada saat tidurpun, gelombang pikiran orangtua dengan anak pun terhubung sehingga gelombang pikiran sianak dapat terpengaruh (ini sulit dibuktikan tapi dapat dirasakan ... kalau ada yang tertarik, kita bisa kupas hal ini lebih lanjut).

Apa jadinya masa depan jika anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan ilusi (kepalsuan dan kebohongan) dan judi ? Mengapa mereka (sebagai orang tua) hidup hanya untuk menularkan hal seperti itu (kan kita semua 100% akan meninggal ) ? Mudah2an aku, keluargaku, keturunanku, saudaraku, temanku dan orang-orang yang kukenal tidak termasuk ke dalam golongan orang yang demikian. Amin.

Berhenti bermain tenis dengan bola empuk


Seminggu sebelum anakku berhenti kumon, dia kuberhentikan dari latihan tenis dengan bola empuk. Pemberhentian tersebut terutama adalah karena kemampuan baca bola menjadi terganggu karena adanya kombinasi penggunaan bola normal dan bola empuk. Berikut ini adalah penjelasan mengapa keputusan tersebut kuambil.

Penggunaan bola empuk bermanfaat bagi pemula. Karena empuknya, benturan antara bola dengan senar raket tenis teredam. Hal ini mencegah cederanya tangan si anak yang masih relatif lemah. Kegunaan kedua adalah bahwa dengan bola tersebut, pantulannya tidak terlalu cepat sehingga lebih sesuai untuk kemampuan pemula. Keuntungan ketiga adalah bahwa karena empuknya, pemula seharusnya bisa bebas memukul bola tanpa takut sehingga kemampuan koordinasi dasarnya berkembang.

Namun anakku sudah sejak awal tahun ini tidak lagi pada level pemula di tempat les di CiToS. Awal tahun lalu dia menggunakan bola yang 70% normal dan sekarang sudah 100% normal untuk pertandingan tenis. Sampai bulan Juli berakhir lalu, dia juga ikut les di BSD yang menggunakan bola empuk karena pelatihan itu memang ditujukan untuk pemula. Karena targetnya yang berbeda tersebut, maka sejak Agustus dan seterusnya, kuputuskan latihan tenis dengan bola empuk. Akibatnya, sekarang anakku bisa "membaca bola" untuk bola normal dengan lebih baik. Dia lebih tahu kemana dia harus mengambil posisi untuk menggunakan teknik tenis yang benar memukul bola tenis normal. Gambar di atas adalah gambar pak Achmadi, salah seorang pelatih tenisnya di CiTos..... terimakasih pak Achmadi.

Thursday, August 6, 2009

Berhenti kumon

Akhirnya, setelah sebulan lebih dia merajuk untuk berhenti kumon, kemarin aku setujui dia. Aku lapor ke guru kumonnya bahwa Toni sudah tidak bisa lagi ikut disiplin model kumon. Gurunya memang berusaha untuk menahan agar tidak berhenti, dengan alasan piala (karena mencapai 3 level di atas kelas 1 SD) yang akan diberikan bulan Desember 2009 akan hangus.

Aku memang sudah mengira sebelumnya bahwa model kumon tidak cocok untuk anakku yang laki itu. Metodanya sangat berat ke metoda mencongak (perhitungan kuantitatif). Metoda analitiknya sangat kurang. Soal cerita tidak banyak. Gambar-gambar tidak ada dan tulisan hitam di atas kertas putih. Hanya anak yang mempunyai disiplin sangat tinggi yang sanggup terus bertahan.

Kelihatannya model Enopi lebih cocok untuk anakku itu. Namun karena alasan keuangan, aku akan membuat saja software untuk belajar matematik SD dengan bahasa pemrograman JAVA yang mengarahkan anak pada penyelesaian soal matematik dengan mental dan analitik.

Wednesday, August 5, 2009

Tenis Forehand

Sampai hari ini, aku masih mencari cara bagaimana agar tenis forehand anakku (tidak kidal, usianya menjelang 7 tahun) dimulai tidak terlalu jauh kebelakang. Kecenderungan yang sering dijumpai kalau forehand tersebut seperti itu adalah bahwa 1) contact point antara raket tenis dengan bola terlalu dekat dengan badan dan 2) kadang sendinya tertarik sehingga sedikit sakit serta 3) sulit menerima bola cepat. Contact point yang terlalu dekat dengan badan mengakibatkan bola tidak cepat sampai ke lapangan lawan.

Pelatihnya sudah mencoba memulai dengan umpan bola dekat dan bola jauh sambil memberitahunya baik jika ada kesalahan maupun tidak. Aku juga sudah mencoba mengajaknya bermain sambil memberi tahunya. Berkali-kali dia mengatakan pukulan dimulai tidak terlalu kebelakang, padahal kenyataannya memang terlalu kebelakang. Hari ini, aku akan mencoba agar dia menggunakan forehand dengan dua tangannya memegang raket tenis. Aku berharap, tangan kirinya akan secara otomatis mencegah tangan kanannya memulai pukulan dengan posisi terlalu kebelakang. Aku akan mulai dengan memberi umpan bola dekat dahulu. Mudah-mudahan berhasil ..... Kalau tidak, aku akan cari cara lain lagi..... atau mungkin ada saran ???

Tuesday, August 4, 2009

Alasan Pembuatan Blog Ini

Mendidik anak merupakan suatu kesempatan yang unik. Aku yakin, banyak orang punya kesempatan seperti itu, namun berbeda menjalankannya. Misalkan, seorang guru sekolah dasar atau play group pasti mempunyai kiat-kiat yang berbeda untuk menangani anak yang berbeda. Semakin muda usia si anak, semakin unik penanganannya. Orangtua pun berbeda cara menangani anak-anaknya.

Tujuh tahun lalu, ketika anak pertamaku (perempuan) berusia sekitar 13 tahun, muncullah adiknya (laki-laki). Walaupun aku senang, aku dan isteri sempat bingung karena sudah lama kita tidak punya bayi dan kita merasa sudah lupa dan agak terlalu tua (saya pas 40 tahun). Jarak umur antara kedua anak tersebut sekitar 13 tahun, mirip dengan jarak umur antara saya dengan adik bungsu saya (tapi dengan 5 saudara kandung diantara kita berdua).

Saat blog ini ditulis, anak pertamaku berusia 20 tahun (kuliah tingkat 2) dan pernah mengkritik caraku mengasuhnya pada saat kecilnya. Aku pernah menyatakan bahwa aku minta maaf mengenai hal itu, karena hanya cara itu yang bisa kulakukan pada saat itu. Aku berterimakasih padanya karena dengan kritik tersebut dan pengalamanku mengasuhnya, aku seharusnya bisa mengasuh adiknya dengan lebih baik. Aku bangga dengannya, karena dia sudah mulai berusaha untuk merumuskan tujuan hidup sambil memilih jalan hidupnya sendiri sesuai dengan norma-norma yang telah dia pelajari. Aku yakin bahwa tujuan hidupnya akan selalu berubah dan mudah-mudahan perubahannya akan semakin mendekatkan dirinya pada Yang Maha Kuasa. Sekarang, aku tidak mempunyai penyesalan dan tidak mempunyai angan-angan mengenai anak pertamaku. Artinya aku bersyukur akan apa yang telah terjadi pada anakku. Aku selalu berdoa semoga Yang Maha Kuasa senantiasa membimbingnya.

Adiknya (laki-laki) sangat bertolak belakang dengan kakaknya. Sifat si adik yang jelas kebalikan dari sang kakak adalah selalu berusaha bermain, banyak bicara, selalu berusaha cari teman dan cenderung hiperaktif (kalau tenaganya tak disalurkan). Belajar 5 menit terlalu banyak, sementara bermain seharian masih kurang .......... begitu kira-kira kegiatan sehari-harinya. Kebetulan pada umurnya yang menjelang 7 tahun, banyak yang mengatakan tingkat konsentrasi anak tidak lama. Karenanya kita tidak terlalu pusing mengenai kegiatannya yang banyak mainnya itu. Namun, kita selalu tarik ulur untuk menyalurkan tenaganya ke kegiatan yang positif. Sampai saat ini aku berhasil tidak membeli PS2 atau PSP atau sejenisnya, walaupun dia sering memancing-mancing dengan obrolannya. Aku berusaha menyibukkan dia dengan kegiatan fisik seperti tenis, aikido dan renang. Untuk yang non-fisik, dia sibuk dengan piano dan bahasa inggris. Kegiatannya memang padat, tapi kita monitor sehingga kalau dia terlalu letih, kita biarkan dia istirahat dan absen dari kegiatan tersebut. Dari sekian banyak kegiatannya, kelihatannya dia paling senang tenis. Tapi kita tidak tiadakan kegiatan lainnya karena dia perlu koordinasi seluruh anggota badannya termasuk otaknya (kiri dan kanan). Nanti kalau sudah SMP, kegiatannya tentu tidak sebanyak itu lagi (sesuai dengan keinginannya).

Jadi blog ini dibuat sebagai sarana untuk belajar mendidik anak yang menurut pemahamanku adalah mengantar anak memilih jalan hidupnya secara mandiri. Sarana belajar ini ditujukan untuk siapa saja yang mau (minimal aku sendiri). Dalam situasi kehidupan ini, kadang kita mengalami kesulitan sementara hal yang sama merupakan kemudahan bagi lainnya. Mudah-mudahan blog ini dapat dijadikan ajang pertukaran informasi dan komunikasi untuk mengantar anak memilih jalan hidupnya secara mandiri.