Friday, January 8, 2010

Berhenti dari les tenis di JITA ?

Akhirnya, setelah sekian lama diperkirakan, saya berencana untuk berhenti mengantar Toni menjadi pemain tenis pro. Mengenai tenaga, semangat dan teknik tenisnya, Toni memang di atas rata-rata anak seumurnya. Keterbatasannya lebih terletak pada uang yang diperlukan untuk ke arah petenis pro. Misalnya, baru-baru ini, Toni naik kelas: dari kelas intermediate ke tournament. Tapi biayanya hampir 2 kali lipat dari sebelumnya. Di kelas intermediate, biaya bulanannya adalah Rp. 900 ribu untuk 2 kali latihan seminggu masing-masing 2 jam. Di kelas tournament, biaya bulanannya adalah Rp. 800 ribu untuk 1 kali latihan selama 2 jam dalam seminggu. Berarti sekali les 2 jam, perlu Rp. 200 ribu. Belum lagi keperluan untuk tanding keluar kota selama sekitar 4 hari ditanggung sendiri. Kata pelatihnya juga kalau mengejar untuk dapat uang dari tenis, uang baru akan muncul setelah umur 15 tahunan, itupun kalau memang hebat. Toni sekarang baru 7 tahun. Ibarat berenang di laut, terlalu lama saya harus "menahan nafas" ..... padahal saya hanya pegawai negeri yang tidak menjabat apapun.

Jadi saya akan komunikasikan rencana saya ini kepada pelatihnya: saya akan minta keringanan. Kalau tidak ada, saya akan berhentikan Toni dari tempat latihan tersebut. Saya akan cari tempat latihan yang lebih murah. Kalau tidak memadai karena mengejar biaya murah, mungkin Toni akan bermain saja dengan saya tanpa target macam-macam. Intinya saya hanya berharap bahwa dengan olahraga (termasuk tenis) Toni dapat menjadi orang yang lebih sehat secara jasmani dan rohani sehingga mampu berkarya dengan maksimal.

p.s.: Saya berterimakasih kepada para pelatih tenis yang melatih Toni, terutama kepada pak Ahmadi yang tidak segan-segan membagi ilmunya termasuk kepada saya yang tidak les tenis (walaupun dalam bentuk diskusi), padahal kemampuan tenis saya nyaris nol.

No comments:

Post a Comment